FITRAH MANUSIA
KONSEP DASAR PSIKOLOGI ISLAM
Makalah
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah Psikologi Islam
Dosen Pengampu Fifi Noviaturrahmah, M.Pd.I
Disusun Oleh Kelompok 2
Kelas B1 PAI
1.
Anis Maqfiroh (1410110040)
2.
M. Miftahurrahman (1410110056)
3.
Nurul Izzati (1410110064)
4.
Sya’idatur Rohmah (1410110076)
5.
Nurul Hidayah (1410110077)
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) KUDUS
JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
TAHUN 2015
BAB I
PENDAHULUAN
1.
Latar Belakang
Sebagai suatu disiplin ilmu, psikologi amat penting bagi kehidupan
manusia, mengingat obyek kajian psikologi adalah perilaku manusia. Dapat
dikatakan bahwa memperlajari perilaku manusia berarti melakukan pengkajian yang
amat mendasar dalam hidup manusia.
Obyek formal psikologi islami adalah manusia dengan segala rahasia
karakter, sifat dan hakekatnya, sampai pada proses pembentukan perilakunya.
2.
Rumusan Masalah
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Fitrah
Secara
bahasa kata fitrah mengandung beberapa makna yaitu suatu kecenderungan alamiah
bawaan sejak lahir, penciptaan yang menyebabkan sesuatu ada untuk pertama
kalinya, serta struktur atau ciri alamiah manusia, juga secara keagamaan
maknanya adalah agama tauhid atau mengesakan tuhan. Bahwa manusia sejak
lahirnya telah memiliki agama bawaan secara alamiah, yaitu agama tauhid.
Dalam Islam, manusia mempunyai kemampuan dasar yang di sebut dengan
fitrah. Secara etimologi fitrah berarti sifat asal, kesucian,
bakat, dan pembawaan. Secara terminologi, Muhammad al-Jurjani menyebutkan,
bahwa fitrah adalah Tabiat yang siap menerima agama Islam. Pendidikan
adalah upaya seseorang untuk mengembangkan potensi tauhid agar dapat mewarnai
kualitas kehidupan pribadi seseorang.[1]
Berdasarkan itu, dapatlah dikatakan bahwa istilah fitrah dapat
dipandang dari dua sisi. Dari sisi bahasa, maka makna fitrah adalah suatu
kecenderungan bawaan alamiah manusia. Dan dari sisi agama kata fitrah bermakna
keyakinan agama, yaitu bahwa manusia sejak lahirnya telah memiliki fitrah beragama
tauhid, yaitu mengesakan tuhan.[2]
ما من مو لو د الا يو لد علي الفطر ة فا بواه يهو دانه او
ينصرانه او يمجسانه او يشر كا نه (رواه
البخارى و مسلم عن ابي هر يرة)
“Setiap anak tidak dilahirkan kecuali
dalam kondisi fitrah (suci). Maka kedua orang tuanya yang menjadikannya Yahudi,
Majusi, atau musyrik”. (HR. al-Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah).
Berdasarkan
uraian diatas dapat dinyatakan hal-hal sbg berikut :
1. Fitrah manusia menurut pandangan alqur’an merupakan pola dasar
penciptaan manusia, sehingga menjadi pembawaan dan potensi hakiki diri manusia.
berdasarkan itu, maka tidak tepat menyamakan teori fitrah dengan teori
tabularasa yang berpandangan bahwa manusia dilahirkan seperti kertas putih
bersih dan lingkungan (pendidikan) yang memberikan gambar apa saja pada kertas
putih tersebut.
2. Bentuk fitrah manusia yang digambarkan alqur’an adalah agama tauhid
yaitu agama islam. oleh karena itu, manusia sejak lahirnya telah membawa
potensi beragama islam.
3.
Konsep
perkembangan manusia menurut alqur’an adalah manusia sejak lahirnya telah
memiliki potensi. untuk mengaktualkan potensi itu, maka diperlukan lingkungan
yang kondusif dalam rangka memberikan kesempatan kepada potensi untuk menjadi
aktual. jadi, perkembangan manusia sangat dipengaruhi oleh pembawaan dan
lingkungan.[3]
B.
Fitrah akan keseimbangan
Tawazun berarti seimbang atau memberikan sesuatu akan haknya. Tanpa
ada penambahan dan pengurangan. Allah telah menjadikan alam beserta isinya
berada dalam sebuah keseimbangan. Hal ini menjadi isyarat bagi manusia untuk
hidup dalam keseimbangan pula. Keseimbangan hidup akan dicapai jika manusia
hidup sejajar dengan fitrahnya. Hidup seimbang harus diciptakan. Kemampuan itu
akan tumbuh dari buah pengetahuan terhadap hakikat sesuatu dan pengetahuan
terhadap batasan-batasan, tujuan-tujuan serta manfaat daari suatu itu. Islam
mengajarkan hidup yang seimbang, karena islam sendiri merupakan agama ciptaan
Allah yang sesuai dengan fitrahnya. Mustahil Allah menciptakan agama untuk
manusia yang tidak sesuai dengan fitrahnya.
“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada Agama (Allah);
(tetaplah atas)fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurutfitrahnya
itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah...”(Q.S. 30:30)
Ayat ini menjelaskan kepada kita bahwa manusia itu diciptakan
sesuai dengan fitrah Allah yaitu memiliki naluri beragama (Agama Tauhid : al
islam) dan Allah menghendaki manusia untuk tetap dalam fitrah itu. Seandainya
pun ada manusia yang tidak bertauhid, biasanya diakibatkan pengaruh lingkungan
dimana ia tumbuh dan berkembang. Seperi hadis yang telah tertera pada sub bab
sebelumnya.[4]
C.
Wawasan Alqur’an Tentang Manusia (hal 64)
Ada 3 kelompok istilah yang digunakan alqur’an dalam menjelaskan
manusia secara totalitas, baik fisik maupun psikis.
a.
Al-basyar
Kata
al-basyar digunakan untuk menggambarkan manusia dari sisi fisik biologisnya,
seperti kulit manusia, kebutuhan biologisnya berupa makan, minum, berhubungan
seks, dll. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa manusia yang dijelaskan
dengan istilah al basyar menekankan
kepada gejala umum yang melekat pada fisik manusia, yang secara umum relatif
sama antara semua manusia. (hlm 69)
b.
Al
ins / Al insan
Al
insan dilihat dari asal katanya anasa yang berarti melihat, mengetahui,
dan meminta izin, maka ia memiliki sifat-sifat potensial dan aktual untuk mampu
berpikir dan bernalar. Dengan berpikir, manusia mengetahui yang benar dan yang
salah, yang baik dan yang buruk, selanjutnya menentukan pilihan untuk
senantiasa melakukan yang benar dan baik dan menjauhi yang salah dan buruk.
Pada gilirannya, dia akan menampilkan sikap meminta izin kepada orang lain
untuk mempergunakan sesuatu yang bukan hak dan miliknya. Sedangkan al insan
dari sudut asal katanya nasiya yang berarti lupa, menunjukkan bahwa
manusia punya potensi untuk lupa, bahkan hilang ingatan atau kesadarannya.
Demikian pula al insan dari sudut asal katanya anisa yang berarti jinak,
maka manusia adalah makhluk yang jinak, ramah, serta dapat menyesuaikan diri
dengan lingkungannya. (hlm 70)
Kata
al-ins dipakai alqur’an dalam kaitannya dengan berbagai potensi jiwa manusia,
antara lain sebagai hamba Allah yang selalu berbuat baik sehingga menjadi
penghuni surga, tetapi juga potensial menjadi pembangkang Allah, sehingga
membawanya menjadi penghuni neraka. (hlm 74)
c.
Bani
adam
Istilah
bani adam membicarakan tentang keharusan manusia untuk memakai pakaian yang berguna
untuk memperindah tubuh dan untuk menutup aurat. Manusia diberi kelebihan dan
keistimewaan untuk berhias dan berpakaian. Fungsi pakaian yang terpenting
adalah menutup aurat. Menutup aurat merupakan nilai peradaban dan kemanusiaan
yang sangat tinggi. Istilah bani adam juga dihubungkan dengan pembicaraan
tentang keimanan, dan penjelasan tentang musuh utama, yaitu syaithan. (hlm 89)
D.
Potensi Manusia
1.
Nafs
Nafs
yang menjadi pokok bahasan adalah dalam pengertian aspek dan dimensi jiwa
manusia, yang meliputi nafsu, jiwa, diri dan daya-daya pendorong untuk berbuat
baik dan buruk. Secara hirarkis, nafs dalam sistem organisasi jiwa menempati
elemen dasar yang dapat mewadahi dan menampung dimensi-dimensi jiwa lainnya.
Sedangkan secara proporsional, maka nafs merupakan dimensi jiwa yang menempati
posisi di antara ruh dan jism. Ruh, karena berasal dari Tuhan, maka ia mengajak
nafs menuju Tuhan. Sedangkan jism berasal dari benda/materi, maka ia cenderung
mengarahkan nafs untuk menikmati kenikmatan yang bersifat material. (hlm 94)
Tingkatan nafs diantaranya :
a.
Nafs
ammarah
Adalah
nafsu biologis yang mendorong manusia untuk melakukan pemuasan kebutuhan
biologisnya. Pada aspek ini, manusia sama persis seperti binatang.(hlm 107)
b.
Nafs
lawwamah
Berarti
nafs yang mencela dirinya. Maksudnya karena melakukan suatu perbuatan yang
secara rasional tidak baik. Nafs telah menganjurkan untuk berbuat baik dan dia
akan mencela dirinya apabila melakukan hal-hal yang tercela. Dalam istilah
sufi, nafs lawwamah adalah nafs yang telah menyadari dan mengetahui berbagai
kekurangannya.
Pada
nafs lawwamah ini ketara betul sifat rasional telah berfungsi. Is telah mau
menyadari kesalahannya dan mencela kesalahan itu, karena memang sifat dasarnya.
Pada dasarnya adalah cenderung kepada kebaikan. Namun daya tarik keburukan
lebih kuat, sehingga nafs pada taraf ini masih mudah terkecoh dengan daya tarik
keburukan tersebut. Walaupun pada akhirnya nanti, ia sendiri akan menyesali dan
mencela dirinya. (hlm 108)
c.
Nafs
mutmainnah
Adalah
jiwa yang senantiasa terhindar dari keraguan dan perbuatan jahat. Jiwa ini
tenag karena beristirahat dalam keyakinan kepada Allah. Nafs pada kategori ini
sudah terhindar dari perbuatan buruk. Ia hanya berisikan perbuatan baik. Inilah
jiwa yang suci dan pemiliknya disebut dengan orang yang menang dan beruntung.
(hlm 104-106)
2.
Aql
Aql
yaitu kemampuan mengendalikan sesuatu, baik berupa perkataan, pikiran, maupun
perbuatan. Seseorang yang menggunakan akalnya disebut dengan aqil yaitu orang
yang dapat mengikat dan menawan hawa nafsunya, sehingga nafsunya tidak dapat
menguasai dirinya. (hlm 115)
Akal
dalam hubungannya dengan dimensi jiwa memiliki beraneka ragam makna dan fungsi.
Pertama, akal adalah instrumen jiwa yang membedakan manusia dengan makhluk
lainnya. Kedua, dengan akalnya manusia dapat menemukan, mengembangkan, dan
mengkonstruksi, bahkan menciptakan ilmu pengetahuan. Dan ketiga, bahwa dengan
akalnya manusia mampu mengendalikan dorongan hawa nafsunya. (hlm 116)
Dalam
hubungannya dengan dimensi jiwa, maka aql merupakan dimensi rasional yang dapat
memikirkan hal-hal yang kongkret seperti sejarah umat manusia, hukum-hukum
alam. Juga digunakan untuk memukirkan yang abstrak bahkan yang transedental,
seperti kehidupan di akhirat, proses menghidupkan kembali orang yang sudah
mati, kebenaran ibadah, kebenaran wahyu, dll.(hlm 122)
3.
Qalb
Qalb menjadi
penentu dalam kapasitas kebaikan dan keburukan seseorang. Dalam sebuah hadits
disebutkan “sesungguhnya didalam tubuh terdapat segumpal daging, apabila dia
baik, maka akan baiklah, seluruh tubuh, tetapi apabila ia rusak, maka akan
rusaklah seluruh tubuh. Ketahuilah bahwa ia adalah Al-Qalb.” HR. Bukhori
dari Nukman Ibn Basyir
BAB III
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar