DESAIN
PENGEMBANGAN
METODE
PEMBELAJARAN PAI
Makalah
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Perencanaan Sistem PAI
Dosen Pengampu Mohtarom, M.Pd
Kelompok 9 :
1. Nur Maliya Farkhanah (1410110044)
2. Saiful Huda (1410110071)
3. Sya’idatur Rohmah (1410110076)
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) KUDUS
JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
TAHUN 2015
BAB
I
PENDAHULUAN
1.
Latar Belakang
Sebagai sebuah proses
yang sengaja dilakukan, proses pembelajaran memerlukan sebuah perancangan, agar
apa yang dilakukan dapat berjalan dan menghasilkan sesuatu seperti yang
diharapkan. Dengan adanya perancangan tersebut, maka proses yang akan
dilaksanakan dalam waktu yang panjang memiliki langkah yang jelas, dapat diprediksikan
hasilnya, dapat diperkirakan sumber daya-sumber daya yang diperlukan, dan dapat
pula digunakan untuk menentukan persyaratan siswa dalam mengikuti proses
pembelajaran di sekolah tersebut.
Masalah yang sering dihadapi pengajar berkenaan dengan
proses pembelajaran adalah bagaimana cara pengajar menyampaikan pesan materi
kepada peserta didik yang disebut dengan metode pembelajaran. Bagaimana cara si
pendidik dalam menyampaikan materi dan agar siswa mampu memahami materi yang
diberikan. Sehubungan dengan itu, perlu disusun rambu-rambu pemilihan dan
pemanfaatan metode pembelajaran untuk membantu pengajar agar dapat melaksanakan
proses pembelajaran dengan baik, efektif dan efisien sehingga dapat mencapai
tujuan pembelajaran yang diinginkan.
Oleh karena itu, dalam
makalah ini kami akan membahas sedikit tentang Desain Pengembangan Metode
Pembelajaran PAI, yang diharapkan bisa menambah wawasan pembaca.
2.
Rumusan Masalah
a. Apa Pengertian Desain Pengembangan Metode
Pembelajaran PAI?
b. Bagaimana Urgensi
dan Asumsi Desain Pengembangan Metode Pembelajaran PAI ?
c. Apa saja Jenis-Jenis
Metode Pendidikan Agama Islam ?
d. Bagaimana Metode
Pembelajaran Dalam Pendidikan Agama Islam ?
BAB
II
PEMBAHASAN
1.
Pengertian Desain Pengembangan Metode Pembelajaran PAI
Desain adalah sebuah istilah yang
diambil dari kata design (Bahasa Inggris) yang berarti perencanaan atau
rancangan. Ada pula yang mengartikan dengan “Persiapan”. Di dalam ilmu
manajemen pendidikan atau ilmu administrasi pendidikan, perencanaan disebut
dengan istilah planning yaitu “Persiapan menyusun pelaksanaan
suatu pekerjaan yang terarah pada pencapaian tujuan tertentu.”
Metode berarti cara atau teknik
untuk melakukan sesuatu. Dalam bahasa Arab metode disebut Thoriqah artinya
jalan, cara, sistem atau ketertiban dalam mengerjakan sesuatu. Sehingga dapat
dipahami bahwa metode berarti suatu cara yang harus dilalui untuk menyajikan
bahan pelajaran agar tercapai tujuan pembelajaran.[1]
Desain metode
pembelajaran merupakan proses perencanaan yang sistematis atas seluruh komponen
materi pembelajaran dan prosedur atau tahapan kegiatan belajar yang atau
digunakan oleh guru dalam rangka membantu peserta didik mencapai tujuan
pembelajaran tertentu, bukan hanya terbatas prosedur atau tahapan kegiatan
belajar saja, melainkan termasuk juga pengaturan materi atau paket program
pembelajaran yang akan disampaikan kepada peserta didik.
Dapat disimpulkan bahwa desain
pengembangan metode pembelajaran PAI adalah perencanaan sebelum melakukan
proses pembelajaran yang bertujuan untuk mengembangkan cara-cara pengajaran
atau proses penyampaian materi, khususnya materi Pendidikan Agama Islam untuk
dapat memberikan pemahaman kepada siswa tentang apa yang diajarkannya.
Metode Pembelajaran yang dipilih oleh seorang guru hendaknya didasari
berbagai pertimbangan sesuai dengan situasi, kondisi dan lingkungan yang
dihadapinya. Pemilihan metode pembelajaran umumnya bertolak dari :
a.
Rumusan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan
b.
Analisis kebutuhan dan karakteristik peserta didik yang dihasilkan
c.
Jenis materi pembelajaran yang dikomunikasikan
2.
Urgensi dan Asumsi Desain Pengembangan Metode Pembelajaran PAI
Pengaturan, penyusunan,
dan gaya mengajar sangat tergantung pada guru serta keterampilannya dalam
mengelola kelas, serta sangat dipengaruhi oleh perbedaan situasi, kondisi dan
karakteristik siswa. oleh sebab itu, kita tidak dapat mengatakan bahwa seluruh
strategi tertentu yang terbaik dan paling cocok untuk segala situasi dan
kondisi pembelajaran. Perbedaan tujuan, materi, karakteristik siswa serta
perbedaan guru membutuhkan strategi yang berbeda dalam prateknya.[2]
Pembelajaran
pendidikan agama islam, sebagai salah satu mata pelajaran yang mengandung
muatan ajaran-ajaran Islam dan tatanan nilai hidup dan kehidupan islami, perlu
diupayakan melalui perencanaan pembelajaran
pendidikan agama yang baik agar dapat
mempengaruhi pengembangan kehidupan peserta didik. Karena itu, salah
satu kemampuan yang harus dimiliki seorang Guru PAI atau pembelajar pendidikan
agama Islam adalah kemampuan merencanakan untuk mengembangkan metode pembelajarannya secara profesional.
Inti
kegiatan desain pembelajaran agama Islam adalah memilih, menetapkan, dan
mengembangkan metode pembelajaran yang cocok dengan kondisi yang ada untuk
mencapai hasil pembelajaran agama Islam yang diharapkan. Upaya untuk memilih,
menetapkan, dan mengembangkan metode pembelajaran tersebut harus berpijak pada
4 hal pokok yang disebut sebagai kondisi pembelajaran, yaitu :
a. Tujuan pembelajaran agama Islam yang
ingin dicapai
b. Isi pembelajaran agama Islam yang harus
dipelajari peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran agama Islam
tersebut
c. Sumber belajar agama Islam yang tersedia
dan dapat mengantarkan pesan pembelajaran yang lebih efektif dan efisien
d. Karakteristik peserta didik yang belajar,
terutama yang terkait dengan kemampuan yang telah dikuasai peserta didik,
tingkat sosial ekonomi, kelas sosial dalam struktur masyarakat, jenjang
pendidikan, cara belajar, gaya belajarnya, dan sebagainya.[3]
Tanpa berpijak pada kondisi tersebut maka kecil
sekali peluang untuk dapat mengambangkan metode pembelajaran secara optimal
untuk mencapai hasil pembelajaran yang maksimal. Dengan perkataan lain,
pengembangan metode pembelajaran pendidikan agama yang optimal harus diawali
dengan kegiatan menganalisis kondisi pembelajaran yang ada dan hasil
pembelajaran pendidikan agama yang diharapkan.
Desain pembelajaran pendidikan agama sebagai
disiplin ilmu, menaruh perhatian pada perbaikan kualitas pembelajaran pendidikan agama. Melalui desain pembelajaran
pendidikan agama dapat dihasilkan berbagai cara belajar agama sesuai dengan
kondisi peserta didik dan hasil pendidikan agama yang diharapkan. Kualitas
hasil suatu produk metode pembelajaran sangat ditentukan oleh ketepatan dalam
memilih dan mengembangkan setiap langkah desain pembelajaran.
3.
Jenis-Jenis Metode Pendidikan Agama Islam
a.
Metode pendidikan demokratis yang luwes
Mendidik anak dengan cara memberikan kebebasan kepada anak didik sesuai
dengan kebutuhan. Tindakan ini dilakukan berkat adanya sabda Nabi Muhammad saw.
yang artinya, “tidak seorangpun yang
dilahirkan kecuali menurut fitrahnya.” (HR. bukhori Muslim)
Pemberian kebebasan tersebut tentunya masih dalam batas-batas tertentu
sesuai kebutuhan, sebab anak masih dalam proses pertumbuhan dan belum memiliki
kepribadian yang kuat, belum dapat memilih keputusan mengenai masalah yang
dihadapi. Karenanya ia membutuhkan petunjuk guna memilih alternatif dari beberapa alternatif yang ada.
b.
Metode pendekatan yang mencakup akal dan perasaan sekaligus
Setiap orang cinta dan saying kepada anakya dan berusaha dengan segala
kemampuannya untuk mendidik anaknya agar kelak menjadi orang yang baik dan
berguna. Karena itulah para Nabi dari zaman ke zaman selalu berdoa agar
dikaruniai anak yang sholeh yang dapat melanjutkan perjuangannya.
Nabi Ibrahim as. Berdoa, “Ya Tuhanku,
Anugrahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang sholeh.”
(QS. Ash-Shoffat: 10).
Menurut agama islam, anak adalah amanat Tuhan kepada orang tua. Setiap
orang tua memiliki tugas memelihara anaknya agar tetap berada dalam jalur yang
baik. Untuk menuntun anak agar tumbuh dan berkembang sebagaimana dilihat dari
segi biologis dan sosiologisnya, maka pendekatan yang dilakukan ialah dengan
jalur akal dan emosi/perasaan. Metode pendekatan ini menekankan segi pikiran
yang tajam dan perasaan yang halus.
Mendidik anak ada dua, secara informal dan secara formal. Pendidikan di
dalam keluarga umumnya dilakukan secara informal yaitu pendidikan yang tidak
menggunakan perencanaan, kurikulum, jam pelajaran dan lain-lain. Akan tetapi,
kesemuanya dilakukan dengan santai tanpa dibatasi oleh tempat ataupun waktu.
Namun, diharapkan keberhasilan pendidikan sesuai dengan yang dicita-citakan.
Sejak permulaan perkembangan Islam, umat Islam telah menyelenggarakan
pendidikan formal. Rosulullah sendiri seringkali mengajarkan wahyu yang
diterimanya dari Allah (lewat malaikat jibril) kepada pengikutnya di rumah
Arqom Ibnu Arqam.
Pada waktu perang badar ada beberapa
orang musuh kaum quraisy yang tertawan
oleh kaum muslimin. Diantara tawanan itu banyak yang pandai membaca dan
menulis. Nabi Mihammad SAW memerintahkan kepada tawanan yang pandai menulis
baca untuk menebus dirinya dengan mengajarkan tulis baca kepada 10 orang
anak-anak madinah. Setelah anak-anak itu pandai membaca dan menulis, mereka
sempat dibebaskan dari tawanan dan dikembalikan ke negerinya. Sesudah itu umat
islam mengembangkan pendidikan formal dari berbagai tingkat untuk memenuhi
kebutuhan pendidikan anak-anak kaum muslimin. Dengan pendidikan formal ini
membawa keuntungan yang sangat besar, sebab pendidikan menjadi lebih baik,
sebab sasaran, materi diberikan bertujuan hendak dicapai jelas.[4]
Menurut Muhammad Quthb di
dalam bukunya “Minhajut Tarbiyah” menyatakan
bahwa tekhnik atau metode pendidikan islam itu ada 8 macam:
1)
Pendidikan melalui teladan
2)
Pendidikan melalui nasihat
3)
Pendidikan melalui hukuman
4)
Pendidikan melalui cerita
5)
Pendidikan melalui kebiasaan
6)
Menyalurkan kekuatan
7)
Mengisi kekosongan
8)
Pendidikan melalui peristiwa-peristiwa
Di dalam pondok pesantren
merupakan lembaga pendidikan Islam Formal tertua di Indonesia, menggunakan dua
macam metode yang terkenal yaitu:
1)
Sorogan
Sorogan
yaitu penyampaian pelajaran dimana seorang santri atau murid maju membawa kitab
untuk dibaca di hadapan seorang guru atau kyai. Kemudian kyai membimbing dan
membenarkan.
2)
Weton
Weton ialah
penyampaian pelajaran dimana seorang guru atau kyai membacakan kitab,
menterjemahkan, menerangkan dan seringkali mengulas buku-buku di hadapan
sekelompok santri atau murid.
4.
Metode Pembelajaran Dalam Pendidikan Agama Islam
a.
Metode Pembelajaran di Kalangan Anak-Anak
1)
Metode pembelajaran Al-Qur’an, Syair dan Sajak
Pada periode awal dari perkembangan anak bahkan sebelum anak-anak belajar
membaca dan menulis, anak diajarkan untuk menghafalkan surat-surat yang pendek
dari Al-Qur’an secara lisan. Dalam metode pembelajaran ini yang dipentingkan
adalah hafalannya buka pengertiannya. Hal ini dilakukan dengan alasan bahwa
belajar di waktu ini untuk mendapatkan berkat dai Al-Qur’an dan penanaman jiwa
keagamaan. Dalam hal ini M. athiyah Al-Abrasyi mengatakan: “dalam metode ini
soal penjelasan arti dan surat-surat yang mereka hafal tidak dipentingkan,
murid-murid menghafal ayat-ayat tersebut tanpa mengerti maksudnya hanya sekedar
untuk mengambil berkat dari Al-Qur’an dan menanamkan jiwa keagamaan, jiwa yang
sholeh dan taqwa di dalam diri anak-anak yang masih muda itu. Dan dengan
keyaknan bahwa periode anak-anak adalah waktu yang sebaik-baiknya
buatpenghafalan secara otomatis dan memperkuat ingatan. Salah satu syair
berbunyi
‘saya lihat betapa saya lupa akan apa yang saya
pelajari di waktu besar, sedang sya
tidak pernah lupa akan apa yang saya pelajari di waktu kecil’.”
Pembelajaran syair dan sajak juga dilakukan secara hafalan. Syair yang
singkat, menarik, dan mudah dimengerti oleh anak. Di samping itu juga syair
yang berisi akhlaq yang baik, mencela setiap yang buruk, pujian terhadap orang
yang pemurah, dan lainnya.
2)
Metode pembelajaran akhlaq
Islam memandang akhlaq sangat penting dalam kehidupan bahkan Islam
menegaskan akhlaq ini merupakan isinya
yang utama.
Rasulullah saw. bersabda: “sesungguhnya
saya diutus hanyalah untuk menyempurnakan akhlaq umat manusia.”
Sehubungan dengan hal tersebut di atas, maka islam memerintahkan agar orang
tua mendidik tentang adab dan sopan santun.
b.
Metode pembelajaran di tingkat tinggi
Adapun
mengenai metode pembelajaran di tingkat tinggi yang dilakukan pada saat itu
banyak antara lain yang terkenal ada 2 macam yaitu:
1)
System muhadharah atau kuliah
System ini diberikan dengan cara memberikan pokok-pokok pikiran terlebih
dahulu, baru kemudian diberikan perincian mengenai pokok-pokok itu.
Cara – cara dan metode pendidikan di
dalam institut-institut tinggi islam berbeda dan berlainan dimana maha guru
tidak terikat pada suatu cara tertentu di dalam memberikan kuliah. Kadang-kadang
maha guru itu mengajar dengan mendiktekan pelajaran dari kepalanya tanpa punya
diktat atau buku khusus, tetapi apabila jumlah siswa cukup besar, kadang-kadang
ditunjuk satu atau dua orang pembantu untuk mengulangi kembali apa yang telah
didiktekan sehingga tidak ada satu pun yang ketinggalan.
2)
Sistem diskusi dan berdebat
Sistem ini sangat penting dalam
pendidikan islam, sebab sistem ini merupakan metode efektif juga mengasah otak,
latihan mengeluarkan pendapat, mengalahkan lawan, menumbuhkan kepercayaan pada
diri sendiri , bahkan mampu membina kecakapan berbicara tanpa teks.
Para ulama dan sarjana muslim
mendorong para mahasiswa untuk mengadakan diskusi, perdebatan, bahkan
mewajibkan mereka belajar demikian. Sering terdapat bahwa seorang mahasiswa
berbeda pendapat dengan maha gurunya, dengan tetap memelihara kesopanan dan
penghargaan terhadap maha guru.
Menurut pendapat Ibnu Khaldun, diskusi
dibidang masalah-masalah ilmiah membantu untuk memahami ilmu itu dalam
kemampuan untuk menguraikannya. Beliau mengkritik kalau mahasiswa hanya
diam-diam dan tidak berbicara dalam hal-hal yang mereka ketahui, dan mengkritik
pula cara-cara mereka yang menghafalkan ilmu lebih dan apa yang dibutuhkan.
Salah satu sajak berbunyi yang artinya : “ilmu adalah dengan pengertian dan
mudzakarah, dengan studi, berpikir dan berdebat.”
5.
Critical Thinking
Untuk
mencapai tujuan pendidikan dalam proses pembelajaran seorang pendidik dituntut
untuk mampu mendesain metode pembelajaran. Dalam menyampaikan materi ke peserta
didik, seorang pendidik dituntut harus memiliki beberapa cara dalam
menyampaikan materi yang disebut dengan metode pembelajaran.
Metode
yang digunakan pendidik dalam menyampaikan materi harus melihat obyek didik
terlebih dahulu. Dimulai dari tingkatan terendah yaitu sekolah dasar sampai
perguruan tinggi memiliki cara pengajaran yang berbeda-beda. Metode
pembelajaran PAI harus melihat dari karakteristik
peserta didik yang belajar, tingkat sosial ekonomi, kelas sosial dalam struktur
masyarakat, jenjang pendidikan, cara belajar, gaya belajarnya, dan sebagainya.
Mengingat dewasa ini perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi semakin pesat dan berpengaruh terhadap ilmu
pengetahuan yang lainnya, maka sudah sepantasnyalah jika ahli-ahli didik Islam
membuka mata terhadap kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut dan
selanjutnya berhati terbuka maksudnya bilamana kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi itu dapat dimanfaatkan untuk perbaikan metode pendidikan Islam, maka
sebaiknya para pendidik Islam mau menerimanya, khususnya untuk perbaikan / penyempurnaan
metode pada pembelajaran agama Islam.
BAB
III
PENUTUP
1.
Kesimpulan
Desain pengembangan metode
pembelajaran PAI adalah perencanaan sebelum melakukan proses pembelajaran yang
bertujuan untuk mengembangkan cara-cara pengajaran atau proses penyampaian
materi, khususnya materi Pendidikan Agama Islam untuk dapat memberikan
pemahaman kepada siswa tentang apa yang diajarkannya.
Pembelajaran pendidikan agama islam, sebagai salah
satu mata pelajaran yang mengandung muatan ajaran-ajaran Islam dan tatanan
nilai hidup dan kehidupan islami, perlu diupayakan melalui perencanaan
pembelajaran pendidikan agama yang baik
agar dapat mempengaruhi pengembangan
kehidupan peserta didik. Dalam mengembangkan metode pembelajaran harus berpijak
pada 4 hal pokok, yaitu : Tujuan pembelajaran, isi pembelajaran, sumber belajar
Karakteristik peserta didik yang belajar.
Jenis-Jenis Metode Pendidikan Agama Islam diantaranya : Metode
pendidikan yang demokratis yang luwes, Metode pendekatan yang mencakup akal dan perasaan sekaligus.
Metode Pembelajaran Dalam Pendidikan Agama Islam diantaranya : Metode
Pembelajaran di Kalangan Anak-Anak meliputi Metode pembelajaran Al-Qur’an, Syair dan Sajak, Metode pembelajaran akhlaq. Dan Metode
pembelajaran di tingkat tinggi meliputi System muhadharah atau kuliah, Sistem diskusi dan berdebat.
DAFTAR
PUSTAKA
Zakiah Daradjat, dkk. Metodik Khusus Pengajaran
Agama Islam. Jakarta : Bumi Aksara. 2001.
Jamaludin, dkk. Pembelajaran Perspektif Islam. Bandung
: PT Remaja Rosdakarya. 2005.
Fuad bin Abdul Aziz Asy-Syalbub. Panduan Praktis
Bagi Para Pendidik Quantum Teaching 38 Langkah Belajar Mengajar EQ Cara Nabi
SAW. Jakarta : Zikrul Hakim. 2005.
Muhaimin. Paradigma Pendidikan Islam : Upaya
Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam Di Sekolah. Bandung : PT Remaja
Rosdakarya. 2008.
Nur Uhbiyati. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan Islam. Semarang
: PT Pustaka Riski Putra. 2002.
[1] Armai
Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, Ciputat Press,
Jakarta, 2002, hlm. 40.
[2] Bisri Mustofa,
Metode Dan Strategi Pembelajaran Bahasa Arab, Malang :UIN Malang Press, 2012,
hlm. 67.
[3]
Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam, Bandung : Rosdakarya, 2008, hlm
185-186.
[4] Nur
Uhbiyati. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan Islam. Semarang : PT Pustaka Riski
Putra. 2002. Hlm. 169-170.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar