MACAM
DAN MODEL EVALUASI KURIKULUM
MAKALAH
Disusun Untuk
Memenuhi Tugas
Mata Kuliah :
Pengembangan Kurikulum PAI
Dosen Pengampu
: Mualimul Huda, M.Pd.I

Disusun Oleh
Kel 10 Kelas
B1-PAI
1.
Saiful
Huda (1410110071)
2.
Sya’idatur
Rohmah (1410110076)
3.
Nurul
Hidayah (1410110077)

SEKOLAH
TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) KUDUS
JURUSAN
TARBIYAH
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
TAHUN
2015
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Tidak
diragukan lagi bahwa evaluasi kurikulum memiliki peranan yang sangat penting
bagi dunia pendidikan, khususnya pendidikan formal. Melalui evaluasi kurikulum
kemajuan efektifitas mengajar guru dapat diukur, prestasi siswa dapat dipantau
dengan lebih cermat, dan bagi pengembang kurikulum dapat memanfaatkan hasil
evaluasi untuk perbaikan kurikulum di masa yang akan datang. Dalam
pelaksanaannya para evaluator kurikulum banyak memakai berbagai model evaluasi
kurikulum yang sudah banyak dikembangkan saat ini. Ada model yang mencakup
keseluruhan proses pengembangan kurikulum tetapi ada juga yang memiliki fokus
khusus pada suatu fase kegiatan pengembangan kurikulum. Ada juga macam-macam evaluasi
kurikulum.
Makalah ini mencoba memaparkan macam-macam
evaluasi kurikulum dan model-model evaluasi kurikulum serta yang dapat dipilih
untuk diterapkan demi kemajuan yang hendak dicapai, baik oleh guru sebagai
pelaksana maupun pemerintah sebagai pengembang kurikulum.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa
pengertian evaluasi kurikulum ?
2.
Apa
tujuan adanya evaluasi kurikulum ?
3.
Apa
saja macam-macam evaluasi kurikulum ?
4.
Ada
berapa macam model-model evaluasi kurikulum ?
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Evaluasi
Kurikulum
Evaluasi
adalah pengambilan keputusan berdasarkan hasil pengukuran dan standar kriteria.[1] Evaluasi
juga diartikan sebagai kegiatan atau proses untuk menilai sesuatu.[2]
Sedangkan menurut Marrison evaluasi adalah perbuatan pertimbangan berdasarkan
seperangkat kriteria yang
disepakati dan dapat dipertanggungjawabkan.[3]
Pengertian
kurikulum sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional adalah "seperangkat rencana
dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang
digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan.”
Kurikulum
merupakan alat untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan. Mengevaluasi
keberhasilan sebuah pendidikan berarti juga mengevaluasi kurikulumnya. Hal ini
berarti bahwa evaluasi kurikulum merupakan bagian dari evaluasi pendidikan,
yang memusatkan perhatiannya pada program-program untuk peserta didik. Kurikulum
sebagai program belajar untuk belajar siswa perlu dievaluasi sebagai bahan
balikan dan penyempurnaan sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan masyarakat, anak
didik serta perkembangan ilmu dan teknologi. Hasil evaluasi kurikulum
bermanfaat bagi penentu kebijakan dalam menentukan keputusan untuk melakukan
perbaikan ataupun perubahan kurikulum.[4]
Evaluasi
kurikulum tidak hanya mengevaluasi hasil belajar peserta didik dan proses
pembelajarannya, tetapi juga rancangan dan pelaksanaan kurikulum, kemampuan dan
kemajuan siswa, sarana dan prasarana, serta sumber belajarnya.
B. Tujuan Evaluasi Kurikulum
Tujuan evaluasi kurikulum
diantaranya :
1. Menyediakan
informasi mengenai pelaksanaan dan pengembangan suatu kurikulum sebagai masukan
bagi pengambilan keputusan.
2. Menentukan
tingkat keberhasilan dan kegagalan suatu kurikulum.
3. Mengembangkan
berbagai alternatif pemecahan masalah yang dapat digunakan dalam upaya
perbaikan kurikulum.
4. Memahami
dan menjelaskan karakteristik suatu kurikulum dan pelaksanaan suatu kurikulum.[5]
C.
Macam – Macam Evaluasi
Kurikulum
1.
Evaluasi Kurikulum Berdasarkan Bentuk Evaluan
Jenis evaluasi
kurikulum yang dikelompokkan berdasarkan karakteristik evaluan terdiri atas :
a.
Evaluasi Konteks
Evaluasi
terhadap konteks berkaitan dengan berbagai aspek yang melahirkan suatu dokumen
kurikulum. Dalam situasi tertentu orang melakukan evaluasi mengenai tuntutan
masyarakat terhadap dunia pendidikan dan sering disebut dengan istilah need
assesment. Need assesment dilakukan untuk menentukan apa yang diperlukan
masyarakat yang dilayani sekolah.
Evaluasi
jenis ini adalah evaluasi mengenai kesesuaian antara ide kurikulum dengan
lingkungan sosial-budaya dimana suatu kurikulum akan dilaksanakan. Evaluasi
konteks diarahkan juga terhadap dukungan masyarakat terhadap sekolah. Dukungan
masyarakat dapat berupa bantuan keuangan, bantuan fasilitas belajar, dan partisipasi
dalam kegiatan belajar.
b.
Evaluasi Dokumen
Evaluasi
dokumen memiliki karakteristik tersendiri karena objek evaluasinya adalah
sesuatu yang tertulis dan dapat dikaji berulang-kali tanpa terpengaruh oleh
keterbatasan waktu yang dimiliki pihak pengembang dokumen atau pelaksana dari
keputusan dalam dokumen. Kerangka dasar kurikulum, struktur kurikulum, standar
kompetensi, kompetensi dasar, beban belajar, kalender akademik, dan standar
kompetensi lulusan adalah sesuatu yang dievaluasi berdasarkan ketetapan dalam
dokumen Peraturan Menteri (PerMen) Pendidikan Nasional.
c.
Evaluasi Proses
Evaluasi
proses berkenaan dengan kegiatan utama pendidikan. Kegiatan utama pendidikan
itu ditandai oleh adanya interaksi dan komunikasi yang sangat terencana antara
dua komponen pendidikan yang utama, yaitu guru dan peserta didik dengan sumber
belajar. Interaksi dan komunikasi selalu menjadi fokus utama evaluasi proses.
Suasana kelas, kelengkapan fasilitas belajar dan mengajar, jadwal, pekerjaan
yang harus dilakukan guru diluar kelas, pekerjaan yang harus dikerjakan peserta
didik di luar kelas/sekolah, suasana kerja di sekolah, dan dukungan masyarakat
menjadi fokus yang mulai menarik perhatian banyak kajian evaluasi kurikulum
selain fokus utama.
d.
Evaluasi Produk Atau Hasil
Evaluasi
hasil didasarkan pada kategori hasil belajar. Hasil dibedakan atas dua istilah
yaitu output dan outcomes. Output diartikan sebagai hasil
langsung yang dimiliki peserta didik dari suatu proses pembelajaran di suatu
satuan pendidikan. Sedangkan outcomes adalah hasil setelah beberapa saat
yang bersangkutan menyelesaikan proses pendidikannya di sebuah satuan
pendidikan.
Kategori
hasil belajar yaitu meliputi dalam bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik
anak. Sejauh mana pemahaman peserta didik dalam memahami materi yang
disampaikan, sikap-sikap yang diajarkan pendidik ke peserta didik atau
pendidikan emosi, dan bakat-bakat yang dimiliki siswa.
2.
Evaluasi Kurikulum Berdasarkan Posisi Evaluator
a.
Evaluasi Internal
Evaluasi
internal banyak dilakukan untuk penyempurnaan dokumen kurikulum dan
penyempurnaan proses implementasi kurikulum. Ketika suatu dokumen kurikulum
dikembangkan maka evaluator seharusnya diikutsertakan sejak awal. Dengan cara
ini maka dia dapat menghayati ide kurikulum dengan baik, mengalami keseluruhan
proses pengembangan, dan dapat memberikan masukan tanpa perlu kekhawatiran
dalam berkomunikasi. Penghayatannya terhadap ide kurikulum dan pengalaman
bersama dalam proses pengembangan kurikulum memberikan posisi tertentu yang
menguntungkan bagi evaluator internal dalam melihat masalah. Posisi sebagai
“orang dalam” memudahkan evaluator dalam menyampaikan hasilnya karena dia sudah
membangun komunikasi itu sejak awal pekerjaan dimulai.
b.
Evaluasi Eksternal
Evaluasi
eksternal dilakukan oleh seseorang yang tidak terlibat dalam tim pengembang
kurikulum. Evaluator tersebut secara khusus diminta untuk melakukan evaluasi
terhadap dokumen, proses atau hasil kurikulum. Evaluator eksternal dengan mudah
dapat mengembangkan objektivitas karena dia tidak terlibat dalam proses
pengembangan kurikulum dan dengan demikian secara emosional dia dapat
menjaga jarak dengan evaluannya.
Kemungkinan
kelemahan bagi evaluator eksternal adalah dalam pemahaman mengenai
karakteristik evaluan. Evaluator eksternal mungkin hanya membaca karakteristik
evaluan tersebut dari dokumen yang ada. Pemahaman yang diperoleh seorang
evaluator eksternal dari bacaan tidak memberi kemungkinan bagi evaluator
tersebut untuk memiliki wawasan yang cukup mengenai seluk beluk suatu keputusan
yang dituliskan dalam dokumen.[6]
D.
Model – Model Evaluasi
Kurikulum
1.
Measurement
Evaluasi
yang menekankan pada pengukuran perilaku siswa. Hasil evaluasi digunakan terutama
untuk keperluan seleksi siswa, bimbingan pendidikan dan perbandingan
efektivitas antara dua atau lebih metode pendidikan. Objek evaluasi
dititikberatkan pada hasil belajar terutama dalam aspek kognitif yang dapat diukur
melalui skor hasil tes.
Konsep
measurement menekankan terhadap pentingnya objektivitas dalam proses
evaluasi. Aspek objektivitas ini perlu dijadikan landasan dalam rangka
mengembangkan konsep dan sistem evaluasi. Pendekatan yang digunakan oleh konsep
ini sangat besar pengaruhnya dalam berbagai kegiatan pendidikan, seperti
seleksi dan klasifikasi siswaa, pemberian nilai di sekolah, dan kegiatan
penelitian pendidikan.
Model
evaluasi ini terbatas hanya mengenai hasil belajar yang bersifat kognitif. Padahal
hasil belajar yang bersifat kognitif bukanlah satu-satunya indikator bagi
keberhasilan suatu kurikulum. Kurikulum diharapkan dapat mengembangkan berbagai
potensi yang ada pada diri siswa.
2.
Congruence
Evaluasi
model congruence merupakan pemeriksaan kesesuaian antara tujuan
pendidikan dan hasil belajar yang dicapai, untuk melihat sejauhmana perubahan
hasil pendidikan telah terjadi. Hasil evaluasi diperlukan dalam rangka
penyempurnaan program, bimbingan pendidikan, dan pemberian informasi kepada
pihak-pihak di luar pendidikan. Objek evaluasi dititikberatkan pada hasil
belajar dalam bentuk kognitif, psikomotorik maupun sikap.
Konsep
ini telah menghubungkan kegiatan evaluasi dengan tujuan untuk mengkaji
efektivitas kurikulum yang sedang dikembangkan. Dengan mengkaji efektivitas
kurikulum dalam mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan, hal ini akan
memberikan balikan kepada pengembang kurikulum tentang tujuan-tujuan mana yang
sudah dan belum dicapai.
Yang
menjadi perhatian konsep ini adalah hubungan antara tujuan dan hasil belajar. Pelaksanaan
evaluasi konsep ini terjadi pada saat kurikulum sudah selesai dilaksanakan. Informasi
yang dihasilkan berupa tujuan-tujuan mana yang telah dan yang belum dapat
dicapai.
3.
Illumination
Model
evaluasi illumination yaitu studi mengenai pelaksanaan program, pengaruh
faktor lingkungan, kebaikan dan kelemahan program, serta pengaruh program
terhadap perkembangan hasil belajar. Evaluasi lebih didasarkan pada judgement
(pertimbangan) yang hasilnya diperlukan untuk penyempurnaan program. Objek
evaluasi mencakup latar belakang dan perkembangan program, proses pelaksanaan,
hasil belajar, dan kesulitan-kesulitan yang dialami.
Konsep
illumination menekankan pentingnya dilakukan evaluasi yang berkelanjutan
selama proses pelaksanaan kurikulum yang sedang berlangsung. Konsep ini tidak
menekankan pentingnya evaluasi terhadap bahan-bahan yang disusun dalam tahap
perencanaan. Dengan kata lain, evaluasi ini lebih berorientasi pada proses dan
hasil yang dicapai oleh kurikulum yang bersangkutan.
4.
Educational System Evaluation
Objek
model evaluasi ini mencakup input (bahan, rencana, peralatan), proses, dan
hasil yang dicapai. Hasil evaluasi diperlukan untuk penyempurnaan program dan
penyimpulan hasil program secara keseluruhan.
Model
ini ditekankan pada peranan kriteria dalam proses evaluasi yang memberikan ciri
khas bagi kegiatan evaluasi. Tanpa kriteria kita tidak akan dapat menghasilkan
suatu informasi yang menunjukkan ada tidaknya kesenjangan, sedangkan informasi
semacam inilah yang diharapkan dari hasil evaluasi. Sehubungan dengan ruang
lingkup evaluasi, konsep ini mengemukakan perlunya evaluasi itu dilakukan
terhadap berbagai dimensi program, tidak hanya hasil yang dicapai, tapi juga
input dan proses yang dilakukan.
5.
Model CIPP
Model
ini menitikberatkan pada pandangan bahwa keberhasilan program pendidikan
dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya : karakteristik peserta didik,
dan lingkungan, tujuan program, dan peralatan yang digunakan, serta prosedur,
dan mekanisme pelaksanaan program itu sendiri. CIPP merupakan model evaluasi
dengan fokus pada contect, input, process, product. Keempat aspek
tersebut menjadi bagian penting dalam kegiatan evaluasi kurikulum yang dianggap
mencakup keseluruhan dimensi kurikulum.[7]
Model – model evaluasi kurikulum
yang pemakalah temukan dalam sumber yang berbeda diantaranya :
1.
Evaluasi Model Penelitian
Model evaluasi ini menggunakan model yang
didasarkan atas teori dan metode tes psikologis serta eksperimen lapangan.
Tes psikologis atau tes psikometrik pada umumnya memiliki dua bentuk, yaitu tes
intelegensi yang ditujukan untuk mengukur kemampuan bawaan serta tes hasil
belajar.
Model eksperimen yaitu untuk mengetahui
tingkat serta hasil yang dicapai pada akhir program dapat digunakan tes (pre test
dan post test). Salah satu pendekatan yang menggunakan eksperimen lapangan
adalah mengadakan perbandingan antara dua macam kelompok anak, umpamanya yang
menggunakan dua metode belajar yang berbeda.
2.
Evaluasi Model Objektif
Model ini merupakan bagian yang sangan
penting dari proses pengembangan kurikulum. Para evaluator juga mempunyai
peranan menghimpun pendapat-pendapat orang luar tentang inovasi kurikulum yang
dilaksanakan. Evaluasi dilakukan pada akhir pengembangan kurikulum.
Kurikulum tidak dibandingkan dengan
kurikulum lain tetapi diukur dengan seperangkat objektif (tujuan khusus). Keberhasilan
pelaksanaan kurikulum diukur oleh penguasaan siswa akan tujuan-tujuan tersebut.
3.
Model Campuran Multivariasi
Model ini merupakan strategi yang memungkinkan perbandingan lebih dari
satu kurikulum dan secara serempak keberhasilan tiap kurikulum diukur
berdasarkan criteria khusus dari masing-masing kurikulum.[8]
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Kurikulum
sebagai program belajar untuk belajar siswa perlu dievaluasi sebagai bahan
balikan dan penyempurnaan sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan masyarakat, anak
didik serta perkembangan ilmu dan teknologi. Evaluasi kurikulum tidak hanya
mengevaluasi hasil belajar peserta didik dan proses pembelajarannya, tetapi
juga rancangan dan pelaksanaan kurikulum, kemampuan dan kemajuan siswa, sarana
dan prasarana, serta sumber belajarnya.
Macam – Macam
Evaluasi Kurikulum
1.
Evaluasi
Kurikulum Berdasarkan Bentuk Evaluan
a.
Evaluasi
Konteks
b.
Evaluasi
Dokumen
c.
Evaluasi
Proses
d.
Evaluasi
Produk Atau Hasil
2.
Evaluasi
Kurikulum Berdasarkan Posisi Evaluator
a.
Evaluasi
Internal
b.
Evaluasi
Eksternal
3.
Model
– Model Evaluasi Kurikulum
a.
Measurement
b.
Congruence
c.
Illumination
d.
Educational
System Evaluation
e.
Model
CIPP
Model – model evaluasi kurikulum
yang ditemukan dalam sumber yang berbeda diantaranya :
a.
Evaluasi
Model Penelitian
b.
Model
Campuran Multivariasi
c.
Evaluasi
Model Objektif
DAFTAR
PUSTAKA
Anas
Sudijono. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Raja Grafindo
Persada. 2003.
Hamid Hasan. Evaluasi Kurikulum. Bandung : Remaja
Rosdakarya. 2009.
Nana
Syaodih Sukmadinata. Pengembangan Kurikulum : Teori dan Praktek. Bandung
: Remaja Rosdakarya. 2000. Cet. 3.
Oemar
Hamalik. Pengembangan Kurikulum. Bandung : Remaja Rosdakarya. 2007.
Purwanto.
Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. 2009.
Tim Pengembang MKDP. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta :
Rajawali Press. 2013. Cet. 3.
[4]Tim Pengembang
MKDP, Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta : Rajawali Press, 2013, hlm.
108.
[5] Hamid Hasan, Evaluasi
Kurikulum, Bandung : Remaja Rosdakarya, 2009, hlm. 42-43.
[6] Ibid. Hlm.
136-152.
[7] Tim Pengembang
MKDP, Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta : Rajawali Press, 2013, hlm.
112-115.
[8] Nana Syaodih
Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum : Teori dan Praktek, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2000, hlm.
185-188.