Minggu, 29 November 2015

MACAM DAN MODEL EVALUASI KURIKULUM



MACAM DAN MODEL EVALUASI KURIKULUM


MAKALAH
Disusun Untuk Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Pengembangan Kurikulum PAI
Dosen Pengampu : Mualimul Huda, M.Pd.I


logo_STAIN_bening.jpg


Disusun Oleh
Kel 10 Kelas B1-PAI
1.        Saiful Huda                           (1410110071)
2.        Sya’idatur Rohmah               (1410110076)
3.        Nurul Hidayah                      (1410110077)


 

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) KUDUS
JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
TAHUN 2015
BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang
Tidak diragukan lagi bahwa evaluasi kurikulum memiliki peranan yang sangat penting bagi dunia pendidikan, khususnya pendidikan formal. Melalui evaluasi kurikulum kemajuan efektifitas mengajar guru dapat diukur, prestasi siswa dapat dipantau dengan lebih cermat, dan bagi pengembang kurikulum dapat memanfaatkan hasil evaluasi untuk perbaikan kurikulum di masa yang akan datang. Dalam pelaksanaannya para evaluator kurikulum banyak memakai berbagai model evaluasi kurikulum yang sudah banyak dikembangkan saat ini. Ada model yang mencakup keseluruhan proses pengembangan kurikulum tetapi ada juga yang memiliki fokus khusus pada suatu fase kegiatan pengembangan kurikulum. Ada juga macam-macam evaluasi kurikulum.
Makalah ini mencoba memaparkan macam-macam evaluasi kurikulum dan model-model evaluasi kurikulum serta yang dapat dipilih untuk diterapkan demi kemajuan yang hendak dicapai, baik oleh guru sebagai pelaksana maupun pemerintah sebagai pengembang kurikulum.

B.  Rumusan Masalah
1.    Apa pengertian evaluasi kurikulum ?
2.    Apa tujuan adanya evaluasi kurikulum ?
3.    Apa saja macam-macam evaluasi kurikulum ?
4.    Ada berapa macam model-model evaluasi kurikulum ?






BAB II
PEMBAHASAN

A.   Pengertian Evaluasi Kurikulum
Evaluasi adalah pengambilan keputusan berdasarkan hasil pengukuran dan standar kriteria.[1] Evaluasi juga diartikan sebagai kegiatan atau proses untuk menilai sesuatu.[2] Sedangkan menurut Marrison evaluasi adalah perbuatan pertimbangan berdasarkan seperangkat kriteria yang disepakati dan dapat dipertanggungjawabkan.[3]
Pengertian kurikulum sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional adalah "seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan.”
Kurikulum merupakan alat untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan. Mengevaluasi keberhasilan sebuah pendidikan berarti juga mengevaluasi kurikulumnya. Hal ini berarti bahwa evaluasi kurikulum merupakan bagian dari evaluasi pendidikan, yang memusatkan perhatiannya pada program-program untuk peserta didik. Kurikulum sebagai program belajar untuk belajar siswa perlu dievaluasi sebagai bahan balikan dan penyempurnaan sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan masyarakat, anak didik serta perkembangan ilmu dan teknologi. Hasil evaluasi kurikulum bermanfaat bagi penentu kebijakan dalam menentukan keputusan untuk melakukan perbaikan ataupun perubahan kurikulum.[4]
Evaluasi kurikulum tidak hanya mengevaluasi hasil belajar peserta didik dan proses pembelajarannya, tetapi juga rancangan dan pelaksanaan kurikulum, kemampuan dan kemajuan siswa, sarana dan prasarana, serta sumber belajarnya.

B.  Tujuan Evaluasi Kurikulum
Tujuan evaluasi kurikulum diantaranya :
1.    Menyediakan informasi mengenai pelaksanaan dan pengembangan suatu kurikulum sebagai masukan bagi pengambilan keputusan.
2.    Menentukan tingkat keberhasilan dan kegagalan suatu kurikulum.
3.    Mengembangkan berbagai alternatif pemecahan masalah yang dapat digunakan dalam upaya perbaikan kurikulum.
4.    Memahami dan menjelaskan karakteristik suatu kurikulum dan pelaksanaan suatu kurikulum.[5]

C.   Macam – Macam Evaluasi Kurikulum
1.    Evaluasi Kurikulum Berdasarkan Bentuk Evaluan
Jenis evaluasi kurikulum yang dikelompokkan berdasarkan karakteristik evaluan terdiri atas :
a.    Evaluasi Konteks
Evaluasi terhadap konteks berkaitan dengan berbagai aspek yang melahirkan suatu dokumen kurikulum. Dalam situasi tertentu orang melakukan evaluasi mengenai tuntutan masyarakat terhadap dunia pendidikan dan sering disebut dengan istilah need assesment. Need assesment dilakukan untuk menentukan apa yang diperlukan masyarakat yang dilayani sekolah.
Evaluasi jenis ini adalah evaluasi mengenai kesesuaian antara ide kurikulum dengan lingkungan sosial-budaya dimana suatu kurikulum akan dilaksanakan. Evaluasi konteks diarahkan juga terhadap dukungan masyarakat terhadap sekolah. Dukungan masyarakat dapat berupa bantuan keuangan, bantuan fasilitas belajar, dan partisipasi dalam kegiatan belajar.
b.   Evaluasi Dokumen
Evaluasi dokumen memiliki karakteristik tersendiri karena objek evaluasinya adalah sesuatu yang tertulis dan dapat dikaji berulang-kali tanpa terpengaruh oleh keterbatasan waktu yang dimiliki pihak pengembang dokumen atau pelaksana dari keputusan dalam dokumen. Kerangka dasar kurikulum, struktur kurikulum, standar kompetensi, kompetensi dasar, beban belajar, kalender akademik, dan standar kompetensi lulusan adalah sesuatu yang dievaluasi berdasarkan ketetapan dalam dokumen Peraturan Menteri (PerMen) Pendidikan Nasional.
c.    Evaluasi Proses
Evaluasi proses berkenaan dengan kegiatan utama pendidikan. Kegiatan utama pendidikan itu ditandai oleh adanya interaksi dan komunikasi yang sangat terencana antara dua komponen pendidikan yang utama, yaitu guru dan peserta didik dengan sumber belajar. Interaksi dan komunikasi selalu menjadi fokus utama evaluasi proses. Suasana kelas, kelengkapan fasilitas belajar dan mengajar, jadwal, pekerjaan yang harus dilakukan guru diluar kelas, pekerjaan yang harus dikerjakan peserta didik di luar kelas/sekolah, suasana kerja di sekolah, dan dukungan masyarakat menjadi fokus yang mulai menarik perhatian banyak kajian evaluasi kurikulum selain fokus utama.
d.   Evaluasi Produk Atau Hasil
Evaluasi hasil didasarkan pada kategori hasil belajar. Hasil dibedakan atas dua istilah yaitu output dan outcomes. Output diartikan sebagai hasil langsung yang dimiliki peserta didik dari suatu proses pembelajaran di suatu satuan pendidikan. Sedangkan outcomes adalah hasil setelah beberapa saat yang bersangkutan menyelesaikan proses pendidikannya di sebuah satuan pendidikan.
Kategori hasil belajar yaitu meliputi dalam bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik anak. Sejauh mana pemahaman peserta didik dalam memahami materi yang disampaikan, sikap-sikap yang diajarkan pendidik ke peserta didik atau pendidikan emosi, dan bakat-bakat yang dimiliki siswa.

2.    Evaluasi Kurikulum Berdasarkan Posisi Evaluator
a.    Evaluasi Internal
Evaluasi internal banyak dilakukan untuk penyempurnaan dokumen kurikulum dan penyempurnaan proses implementasi kurikulum. Ketika suatu dokumen kurikulum dikembangkan maka evaluator seharusnya diikutsertakan sejak awal. Dengan cara ini maka dia dapat menghayati ide kurikulum dengan baik, mengalami keseluruhan proses pengembangan, dan dapat memberikan masukan tanpa perlu kekhawatiran dalam berkomunikasi. Penghayatannya terhadap ide kurikulum dan pengalaman bersama dalam proses pengembangan kurikulum memberikan posisi tertentu yang menguntungkan bagi evaluator internal dalam melihat masalah. Posisi sebagai “orang dalam” memudahkan evaluator dalam menyampaikan hasilnya karena dia sudah membangun komunikasi itu sejak awal pekerjaan dimulai.
b.   Evaluasi Eksternal
Evaluasi eksternal dilakukan oleh seseorang yang tidak terlibat dalam tim pengembang kurikulum. Evaluator tersebut secara khusus diminta untuk melakukan evaluasi terhadap dokumen, proses atau hasil kurikulum. Evaluator eksternal dengan mudah dapat mengembangkan objektivitas karena dia tidak terlibat dalam proses pengembangan kurikulum dan dengan demikian secara emosional dia dapat menjaga jarak dengan evaluannya.
Kemungkinan kelemahan bagi evaluator eksternal adalah dalam pemahaman mengenai karakteristik evaluan. Evaluator eksternal mungkin hanya membaca karakteristik evaluan tersebut dari dokumen yang ada. Pemahaman yang diperoleh seorang evaluator eksternal dari bacaan tidak memberi kemungkinan bagi evaluator tersebut untuk memiliki wawasan yang cukup mengenai seluk beluk suatu keputusan yang dituliskan dalam dokumen.[6]

D.   Model – Model Evaluasi Kurikulum
1.    Measurement
Evaluasi yang menekankan pada pengukuran perilaku siswa. Hasil evaluasi digunakan terutama untuk keperluan seleksi siswa, bimbingan pendidikan dan perbandingan efektivitas antara dua atau lebih metode pendidikan. Objek evaluasi dititikberatkan pada hasil belajar terutama dalam aspek kognitif yang dapat diukur melalui skor hasil tes.
Konsep measurement menekankan terhadap pentingnya objektivitas dalam proses evaluasi. Aspek objektivitas ini perlu dijadikan landasan dalam rangka mengembangkan konsep dan sistem evaluasi. Pendekatan yang digunakan oleh konsep ini sangat besar pengaruhnya dalam berbagai kegiatan pendidikan, seperti seleksi dan klasifikasi siswaa, pemberian nilai di sekolah, dan kegiatan penelitian pendidikan.
Model evaluasi ini terbatas hanya mengenai hasil belajar yang bersifat kognitif. Padahal hasil belajar yang bersifat kognitif bukanlah satu-satunya indikator bagi keberhasilan suatu kurikulum. Kurikulum diharapkan dapat mengembangkan berbagai potensi yang ada pada diri siswa.

2.    Congruence
Evaluasi model congruence merupakan pemeriksaan kesesuaian antara tujuan pendidikan dan hasil belajar yang dicapai, untuk melihat sejauhmana perubahan hasil pendidikan telah terjadi. Hasil evaluasi diperlukan dalam rangka penyempurnaan program, bimbingan pendidikan, dan pemberian informasi kepada pihak-pihak di luar pendidikan. Objek evaluasi dititikberatkan pada hasil belajar dalam bentuk kognitif, psikomotorik maupun sikap.
Konsep ini telah menghubungkan kegiatan evaluasi dengan tujuan untuk mengkaji efektivitas kurikulum yang sedang dikembangkan. Dengan mengkaji efektivitas kurikulum dalam mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan, hal ini akan memberikan balikan kepada pengembang kurikulum tentang tujuan-tujuan mana yang sudah dan belum dicapai.
Yang menjadi perhatian konsep ini adalah hubungan antara tujuan dan hasil belajar. Pelaksanaan evaluasi konsep ini terjadi pada saat kurikulum sudah selesai dilaksanakan. Informasi yang dihasilkan berupa tujuan-tujuan mana yang telah dan yang belum dapat dicapai.

3.    Illumination
Model evaluasi illumination yaitu studi mengenai pelaksanaan program, pengaruh faktor lingkungan, kebaikan dan kelemahan program, serta pengaruh program terhadap perkembangan hasil belajar. Evaluasi lebih didasarkan pada judgement (pertimbangan) yang hasilnya diperlukan untuk penyempurnaan program. Objek evaluasi mencakup latar belakang dan perkembangan program, proses pelaksanaan, hasil belajar, dan kesulitan-kesulitan yang dialami.
Konsep illumination menekankan pentingnya dilakukan evaluasi yang berkelanjutan selama proses pelaksanaan kurikulum yang sedang berlangsung. Konsep ini tidak menekankan pentingnya evaluasi terhadap bahan-bahan yang disusun dalam tahap perencanaan. Dengan kata lain, evaluasi ini lebih berorientasi pada proses dan hasil yang dicapai oleh kurikulum yang bersangkutan.

4.    Educational System Evaluation
Objek model evaluasi ini mencakup input (bahan, rencana, peralatan), proses, dan hasil yang dicapai. Hasil evaluasi diperlukan untuk penyempurnaan program dan penyimpulan hasil program secara keseluruhan.
Model ini ditekankan pada peranan kriteria dalam proses evaluasi yang memberikan ciri khas bagi kegiatan evaluasi. Tanpa kriteria kita tidak akan dapat menghasilkan suatu informasi yang menunjukkan ada tidaknya kesenjangan, sedangkan informasi semacam inilah yang diharapkan dari hasil evaluasi. Sehubungan dengan ruang lingkup evaluasi, konsep ini mengemukakan perlunya evaluasi itu dilakukan terhadap berbagai dimensi program, tidak hanya hasil yang dicapai, tapi juga input dan proses yang dilakukan.

5.    Model CIPP
Model ini menitikberatkan pada pandangan bahwa keberhasilan program pendidikan dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya : karakteristik peserta didik, dan lingkungan, tujuan program, dan peralatan yang digunakan, serta prosedur, dan mekanisme pelaksanaan program itu sendiri. CIPP merupakan model evaluasi dengan fokus pada contect, input, process, product. Keempat aspek tersebut menjadi bagian penting dalam kegiatan evaluasi kurikulum yang dianggap mencakup keseluruhan dimensi kurikulum.[7]
Model – model evaluasi kurikulum yang pemakalah temukan dalam sumber yang berbeda diantaranya :
1.    Evaluasi Model Penelitian
Model evaluasi ini menggunakan model yang didasarkan atas teori dan metode tes psikologis serta eksperimen lapangan. Tes psikologis atau tes psikometrik pada umumnya memiliki dua bentuk, yaitu tes intelegensi yang ditujukan untuk mengukur kemampuan bawaan serta tes hasil belajar.
Model eksperimen yaitu untuk mengetahui tingkat serta hasil yang dicapai pada akhir program dapat digunakan tes (pre test dan post test). Salah satu pendekatan yang menggunakan eksperimen lapangan adalah mengadakan perbandingan antara dua macam kelompok anak, umpamanya yang menggunakan dua metode belajar yang berbeda.

2.    Evaluasi Model Objektif
Model ini merupakan bagian yang sangan penting dari proses pengembangan kurikulum. Para evaluator juga mempunyai peranan menghimpun pendapat-pendapat orang luar tentang inovasi kurikulum yang dilaksanakan. Evaluasi dilakukan pada akhir pengembangan kurikulum.
Kurikulum tidak dibandingkan dengan kurikulum lain tetapi diukur dengan seperangkat objektif (tujuan khusus). Keberhasilan pelaksanaan kurikulum diukur oleh penguasaan siswa akan tujuan-tujuan tersebut.

3.    Model Campuran Multivariasi
Model ini merupakan strategi yang memungkinkan perbandingan lebih dari satu kurikulum dan secara serempak keberhasilan tiap kurikulum diukur berdasarkan criteria khusus dari masing-masing kurikulum.[8]













BAB III
PENUTUP

A.  Kesimpulan
Kurikulum sebagai program belajar untuk belajar siswa perlu dievaluasi sebagai bahan balikan dan penyempurnaan sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan masyarakat, anak didik serta perkembangan ilmu dan teknologi. Evaluasi kurikulum tidak hanya mengevaluasi hasil belajar peserta didik dan proses pembelajarannya, tetapi juga rancangan dan pelaksanaan kurikulum, kemampuan dan kemajuan siswa, sarana dan prasarana, serta sumber belajarnya.
Macam – Macam Evaluasi Kurikulum
1.    Evaluasi Kurikulum Berdasarkan Bentuk Evaluan
a.    Evaluasi Konteks
b.    Evaluasi Dokumen
c.    Evaluasi Proses
d.   Evaluasi Produk Atau Hasil
2.    Evaluasi Kurikulum Berdasarkan Posisi Evaluator
a.    Evaluasi Internal
b.    Evaluasi Eksternal
3.    Model – Model Evaluasi Kurikulum
a.       Measurement
b.      Congruence
c.       Illumination
d.      Educational System Evaluation
e.       Model CIPP
Model – model evaluasi kurikulum yang ditemukan dalam sumber yang berbeda diantaranya :
a.       Evaluasi Model Penelitian
b.      Model Campuran Multivariasi
c.       Evaluasi Model Objektif
DAFTAR PUSTAKA

Anas Sudijono. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Raja Grafindo Persada. 2003.
Hamid Hasan. Evaluasi Kurikulum. Bandung : Remaja Rosdakarya. 2009.
Nana Syaodih Sukmadinata. Pengembangan Kurikulum : Teori dan Praktek. Bandung : Remaja Rosdakarya. 2000. Cet. 3.
Oemar Hamalik. Pengembangan Kurikulum. Bandung : Remaja Rosdakarya. 2007.
Purwanto. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. 2009.
Tim Pengembang MKDP. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta : Rajawali Press. 2013. Cet. 3.


[1] Purwanto, Evaluasi Hasil Belajar, Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2009, hlm. 1.
[2] Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2003, hlm. 5.
[3] Oemar Hamalik, Pengembangan Kurikulum, Bandung : Remaja Rosdakarya, 2007, hlm. 253.
[4]Tim Pengembang MKDP, Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta : Rajawali Press, 2013, hlm. 108.
[5] Hamid Hasan, Evaluasi Kurikulum, Bandung : Remaja Rosdakarya, 2009, hlm. 42-43.
[6] Ibid. Hlm. 136-152.
[7] Tim Pengembang MKDP, Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta : Rajawali Press, 2013, hlm. 112-115.
[8] Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum : Teori dan Praktek, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2000, hlm. 185-188.