Banyak
ditemui memang para orang tua jika di kritik orang yang lebih muda, bisa
diakatan anaknya, ia akan marah. Padahal anak itu mengkritik orang tuanya,
memberi masukan ke orangtuanya itu pertanda anak itu sayang pada orang tua,
bukti dari birrul walidain-nya. Memang kenyataannya para orang tua jika
dibilangin anaknya pasti akan marah. Hal itu disebabkan karena pendidikan
sewaktu si orang tua sekolah sudah ditanamkan kata-kata seperti ini dari sang
pendidik “anak-anak orang yang paling mulia di dunia ini adalah : pertama bapak
ibu, dan yang kedua adalah guru dan kiai, maka hormatilah dan taatilah mereka.”
Dengan adanya statement tersebut seolah-olah orang yang paling benar
perkataannya menurut mereka adalah orang yang lebih tua dari mereka atau bisa
dibilang gurunya. Dan meragukan kebenaran perkataan dari pihak muda yaitu anak.
Seolah-olah perkataan dari anaknya adalah omong kosong belaka. Padahal
sebenarnya tidak, ada kalanya perkataan seorang anak itu ada benarnya. Hal yang
perlu kita lakukan adalah, bagi generasi muda yang masih menikmati masa
mudanya, suatu saat yang akan datang kau pasti akan menjadi orang tua, maka
jadilah orang tua yang mau memberi dan mau juga menerima, dalam artian mau
memberi pengetahuan kepada orang lain dan juga mau menerima kritikan dan
masukan dari orang lain. Dan untuk para orang tua maka biarkanlah mereka
seperti itu, memang sudah dasarnya seperti itu wataknya, kita sebagai anak
hanya bisa mendoakan, dan jika memang ada hal yang perlu disampaikan maka
sampaikanlah dengan tanpa meninggalkan kesopanan.
Dalam sebuah
kisah diceritakan, kisah Nabi Ibrahim, saat itu nabi ibrahim mendatangi suatu
kerajaan yang isinya banyak dari berhala-berhala kecil, dan ditemukan juga satu
berhala besar. Nabi Ibrahim menghancurkan semua berhala-berhala yang kecil,
setelah berhala-berhala kecil sudah hancur semuanya, nabi Ibrahim menaruh
wadung yaitu alat yang digunakan untuk menghancurkan berhala ditaruhnya di
pundak berhala yang paling besar. Beberapa saat kemudian, sang raja datang dan
marah mengapa berhala hancur semuanya. Lalu raja itu memanggil ayah nabi
ibrahim yang tidak beragama islam disuruhnya memanggil ibrahim. Lalu ibrahim
datang. Setelah itu ibrahim ditannya oleh ayahnya, “apakah kamu yang
menghancurkan semua berhala?” lalu ibrahim menjawab, “lihatlah wadung itu
terletak dimana, bukankah itu terletak di pundak berhala yang paling besar
itu?” lalu ayahnya berkata lagi, “emang berhala besar itu bisa menghancurkan
semua berhala-berhala kecil? Bukannya berhala itu tidak bisa bergerak?” lalu nabi
ibrahim menjawab, “ya memang berhala itu tidak bisa bergerak, mengapa masih
kalian sembah?.”nabi ibrahim saja mengkritik, memberi masukan kepada ayahnya, itu adalah demi kebaikan orang tuanya, sebagai bentuk birrul walidain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar