Minggu, 06 Desember 2015

Bukti Birrul Walidain dengan Mengkritik Orang Tua




Banyak ditemui memang para orang tua jika di kritik orang yang lebih muda, bisa diakatan anaknya, ia akan marah. Padahal anak itu mengkritik orang tuanya, memberi masukan ke orangtuanya itu pertanda anak itu sayang pada orang tua, bukti dari birrul walidain-nya. Memang kenyataannya para orang tua jika dibilangin anaknya pasti akan marah. Hal itu disebabkan karena pendidikan sewaktu si orang tua sekolah sudah ditanamkan kata-kata seperti ini dari sang pendidik “anak-anak orang yang paling mulia di dunia ini adalah : pertama bapak ibu, dan yang kedua adalah guru dan kiai, maka hormatilah dan taatilah mereka.” Dengan adanya statement tersebut seolah-olah orang yang paling benar perkataannya menurut mereka adalah orang yang lebih tua dari mereka atau bisa dibilang gurunya. Dan meragukan kebenaran perkataan dari pihak muda yaitu anak. Seolah-olah perkataan dari anaknya adalah omong kosong belaka. Padahal sebenarnya tidak, ada kalanya perkataan seorang anak itu ada benarnya. Hal yang perlu kita lakukan adalah, bagi generasi muda yang masih menikmati masa mudanya, suatu saat yang akan datang kau pasti akan menjadi orang tua, maka jadilah orang tua yang mau memberi dan mau juga menerima, dalam artian mau memberi pengetahuan kepada orang lain dan juga mau menerima kritikan dan masukan dari orang lain. Dan untuk para orang tua maka biarkanlah mereka seperti itu, memang sudah dasarnya seperti itu wataknya, kita sebagai anak hanya bisa mendoakan, dan jika memang ada hal yang perlu disampaikan maka sampaikanlah dengan tanpa meninggalkan kesopanan.

Dalam sebuah kisah diceritakan, kisah Nabi Ibrahim, saat itu nabi ibrahim mendatangi suatu kerajaan yang isinya banyak dari berhala-berhala kecil, dan ditemukan juga satu berhala besar. Nabi Ibrahim menghancurkan semua berhala-berhala yang kecil, setelah berhala-berhala kecil sudah hancur semuanya, nabi Ibrahim menaruh wadung yaitu alat yang digunakan untuk menghancurkan berhala ditaruhnya di pundak berhala yang paling besar. Beberapa saat kemudian, sang raja datang dan marah mengapa berhala hancur semuanya. Lalu raja itu memanggil ayah nabi ibrahim yang tidak beragama islam disuruhnya memanggil ibrahim. Lalu ibrahim datang. Setelah itu ibrahim ditannya oleh ayahnya, “apakah kamu yang menghancurkan semua berhala?” lalu ibrahim menjawab, “lihatlah wadung itu terletak dimana, bukankah itu terletak di pundak berhala yang paling besar itu?” lalu ayahnya berkata lagi, “emang berhala besar itu bisa menghancurkan semua berhala-berhala kecil? Bukannya berhala itu tidak bisa bergerak?” lalu nabi ibrahim menjawab, “ya memang berhala itu tidak bisa bergerak, mengapa masih kalian sembah?.”nabi ibrahim saja mengkritik, memberi masukan kepada ayahnya, itu adalah demi kebaikan orang tuanya, sebagai bentuk birrul walidain.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar