Minggu, 13 Desember 2015

SIKAP ORANG TUA TERHADAP ANAK JIKA MELIHATNYA ANAKNYA TERLIBAT PERKELAHIAN DI SEKOLAH



SIKAP ORANG TUA TERHADAP ANAK JIKA MELIHATNYA ANAKNYA TERLIBAT PERKELAHIAN DI SEKOLAH

            Jika melihat anak berkelahi di sekolah, coba dilihat dari latar belakang anak tersebut. Apakah ada permasalahan pada psikologisnya? Apakah ada permasalahan dai keluarganya? Dan di sekolah pun ia masih terbawa suasana rumah yang mungkin sedang terdapat masalah? Apakah anak itu kurang diperhatikan oleh orang tua? Apakah lalainya pihak sekolah dalam mengawasi peserta didiknya? Banyak faktor yang mempengaruhi anak itu berkelahi, tidak hanya dari faktor pribadinya, namun juga bisa dari faktor lingkungannya.
            Sebagai orang tua melihat anak berkelahi, coba kita ngaca terlebih dahulu. Apakah kita sudah benar dalam mendidik anak? Sudah bisa memperatikan anak dengan siapa ia bermain? Apakah anak itu sudah dapat membedakan mana teman yang baik dan mana teman yang nakal? Langkah yang harus dilakukan pihak orang tua adalah dimulai dari diri sendiri dengan cara mengajarkan kebaikan-kebaikan pada anak. Menunjukkan mana yang perlu dilakukan dan mana yang tidak baik untuk dilakukan. Sebagai orang tua harus memberikan teladan untuk anaknya. Memilihkan anaknya agar bermain dengan teman-teman yang baik, lingkungan-lingkungan yang baik. Kita sebagai orang tua harus memantau terus perkembangan anak. Jika anak melakukan kesalahan, ditegur, di kasih peringatan itu tidak baik untuk dilakukan. Jika melakukan kesalahan terus menerus, coba di beri hukuman yang sekiranya anak itu kapok, berpikir-pikir jika akan melakukannya kembali.
            Orang tua juga bisa menyibukkan waktu luang anak untuk melakukan kegiatan-kegiatan rumah, seperti membantu ibu membereskan rumah. Memfasilitasi permainan di rumah. Saat anak bermain di rumah, orang tua menemaninya. Dengan memberikan tugas anak di rumah, bisa mengurangi kegiatan bermain di luar rumah, agar tidak terpengaruh efek negatif dari lingkungan sekitar, yang kemungkinan anak di lungkungannya itu kebetulan nakal-nakal. Jika anak berkeinginan untuk bermain di luar, orang tua juga harus selalu menemaninya dan memantaunya. Dengan seperti itu kepribadian anak akan menjadi baik dan terhindar dari perbuatan-perbuatan yang jelek, jika orang tua terus mengajarkan kebaikan pada anak.
            Langkah yang dilakukan terhadap pihak sekolah, coba diberi penilaian terlebih dahulu, apakah pihak sekolah sudah memberikan pengajaran yang sesuai kepada peserta didik. Jika memang sudah, jadi salah anak sendiri yang memang sifatnya nakal, atau bisa jadi orang tua salah dalam mendidiknya, atau juga karena terpengaruh teman-temannya yang nakal. Jika perkelahian anak di sekolah itu terjadi karena lalinya pengawasan pihak guru, maka pihak sekolah berhak untuk menerima masukan dan keluhan dari orang tua dan masyarakat. Dan pihak sekolah harus menyempurnakan pengajarannya kepada peserta didik. Sekolah disamping untuk memperluas pengetahuan, juga harus memberi teladan kepada peserta didik. Mengajarkan tata krama, sopan santun, mana yang perlu dilakukan, dan mana yang harus dihindari.

HUBUNGAN TIMBAL BALIK ANTARA KELUARGA, MASYARAKAT, DAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN PENDIDIKAN



HUBUNGAN TIMBAL BALIK ANTARA KELUARGA, MASYARAKAT, DAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN PENDIDIKAN

            Peran keluarga dalam mengembangkan pendidikan merupakan pembentukan pembiasaan-pembiasaan pada diri anak. Keluarga merupakan pendidikan pertama yang diperoleh anak. Pendidikan dalam keluarga bisa dikatakan sebagai pendidikan informal. Pendidikan informal dalam keluarga akan banyak membantu dalam meletakkan dasar pembentukan anak. Misalnya, sikap religius, disiplin, tata krama, sopan santun, lembut/kasar, rajin/rapi, penghemat/pemboros, dan sebagainya yang dapat tumbuh dan berkembang senada dan seirama dengan kebiasaannya di rumah. Tergantung dari pihak keluarga cara mendidiknya seperti apa. Jika dalam keluarga anak dididik dengan melakukan kebiasaan-kebiasaan yang baik, maka ia akan memiliki kepribadian baik. Namun, jika dalam keluarga anak cenderung tidak diperhatikan, pihak keluarga cuek terhadap kebiasaan anak, bisa jadi anak itu memiliki kepribadian yang kurang baik atau nakal, karena dibiarkan ia berteman dengan siapa saja.
            Di masyarakat anak berinteraksi dengan seluruh anggota masyarakat yang beraneka macam, seperti orang-orang, peristiwa-peristiwa. Seorang anak memperoleh pendidikan nonformal berupa berbagai pengalaman hidup. Telah diketahui bahwa dalam masyarakat terdapat berbagai macam kepribadian seseorang yang berbeda-beda. Jika seorang anak dalam masyarakat ia bergau dengan teman-teman atau anak-anak yang memiliki kebiasaan baik, maka ia akan terpengaruh baik pula. Sebaliknya, jika anak berteman dengan teman-teman yang nakal, maka ia akan ikut nakal. Kenyataan di daerah saya seperti itu. Dan pergaulan seorang anak di masyarakat juga dipengaruhi oleh faktor keturunan. Jika orang tuanya memiliki sikap yang baik, anaknya juga baik. Jika orang tuanya memiliki kebiasaan buruk atau bisa dikatakan nakal, maka anaknya juga nakal. Jadi bisa dikatakan kepribadian anak itu mengikuti orang tuanya, faktor keturunan juga mempengaruhi dalam kehidupan pribadi anak di masyarakat.
            Peran sekolah dalam mengembangkan pendidikan, anak akan memperoleh pendidikan formal yang terprogram dan terjabarkan dengan tetap. Di sekolah anak akan memperoleh pembentukan nilai-nilai pengetahuan, keterampilan, dan sikap terhadap bidang studi/mata pelajaran. Di sekolah anak yang memiliki kepribadian tekun dan rajin belajar akan memiliki keinginan untuk meraih cita-cita akademis yang setinggi-tingginya. Sebaliknya, anak yang berinteraksi dengan teman sekolahnya yang pembolos, malas belajar, nakal, maka kepribadiannya akan terpengaruh menjadi nakal dan malas belajar juga. Di sekolah guru harus menanamkan sikap-sikap yang baik kepada siswa. Tugas guru di sekolah tidak hanya transfer of knowledge, memberi pengetahuan, namun juga memberi teladan yang baik ke peserta didik. Sekolah juga harus bisa menjadi wadah untuk menyalurkan bakat siswa.
            Jadi, hubungan timbal balik antara keluarga, masyarakat, dan sekolah sangat berpengaruh dalam mengembangkan pendidikan anak. Keluarga sebagai pembentukan kepribadian dasar pada anak, masyarakat sebagai pengalaman hidup, dan sekolah sebagai penambah wawasan/pengetahuan.

Minggu, 06 Desember 2015

syariat sebagai jalan bukan tekanan

  Untuk apa sih sholat? Untuk mendapatkan apa melakukan syariat dalam agama islam? Bukankah Allah itu tidak membutuhkan pengabdian hambanya? Bukankah hukum-hukum dalam islam itu ada semenjak Muhammad jadi Nabi? Lalu apa keuntungannya untuk Allah?
Syariat itu dari Allah, hanya karena Nabi Muhammadlah sebagai panutan/contohnya. Memang Allah tidak membutuhkan pengabdian hambanya, tapi Allah menciptakan surga dan neraka supaya ada isinya, dengan artian, seorang hamba tinggal memilih dia ingin masuk surga atau neraka. Jika ingin masuk surga maka ikutilah dan kerjakanlan syariat-syariat yang ditetapkan Allah dan Rasul-Nya, namun jika masuk neraka ya tinggal terus melakukan maksiat saja. Toh hidup itu kan pilihan, tinggal kamu memilih seperti apa kehidupan yang kau inginkan nanti. Dengan adanya syariat yang ditetapkan Allah dan Rasul-Nya itu sebagai jalan untuk mencapai kehidupan yang nikmat nanti. Seorang muslim yang melaksanakan syariat dan mematuhi hukum yang ada, pasti dia akan memiliki kehidupan yang bahagia nanti. Jangan dilihat syariat itu sebagai masyaqqah atau suatu keberatan dalam melakukan syariat, namun jadikanlah syariat itu sebagai kebutuhan untuk dapat menikmati kehidupan nanti dengan nikmat, indah. Jangan katakan bahwa islam itu agama yang sadis, kejam, karena banyak hal yang harus dikerjakan, banyak hukum yang ditaati, banyak syariat yang harus dijalankan. Jangan hanya dilihat dari prosesnya dengan harus melakukan berbagai hal, namun pandang juga hasilnya, hasilnya nanti kita akan hidup bahagia di Surga-Nya Allah sana.

Bukti Birrul Walidain dengan Mengkritik Orang Tua




Banyak ditemui memang para orang tua jika di kritik orang yang lebih muda, bisa diakatan anaknya, ia akan marah. Padahal anak itu mengkritik orang tuanya, memberi masukan ke orangtuanya itu pertanda anak itu sayang pada orang tua, bukti dari birrul walidain-nya. Memang kenyataannya para orang tua jika dibilangin anaknya pasti akan marah. Hal itu disebabkan karena pendidikan sewaktu si orang tua sekolah sudah ditanamkan kata-kata seperti ini dari sang pendidik “anak-anak orang yang paling mulia di dunia ini adalah : pertama bapak ibu, dan yang kedua adalah guru dan kiai, maka hormatilah dan taatilah mereka.” Dengan adanya statement tersebut seolah-olah orang yang paling benar perkataannya menurut mereka adalah orang yang lebih tua dari mereka atau bisa dibilang gurunya. Dan meragukan kebenaran perkataan dari pihak muda yaitu anak. Seolah-olah perkataan dari anaknya adalah omong kosong belaka. Padahal sebenarnya tidak, ada kalanya perkataan seorang anak itu ada benarnya. Hal yang perlu kita lakukan adalah, bagi generasi muda yang masih menikmati masa mudanya, suatu saat yang akan datang kau pasti akan menjadi orang tua, maka jadilah orang tua yang mau memberi dan mau juga menerima, dalam artian mau memberi pengetahuan kepada orang lain dan juga mau menerima kritikan dan masukan dari orang lain. Dan untuk para orang tua maka biarkanlah mereka seperti itu, memang sudah dasarnya seperti itu wataknya, kita sebagai anak hanya bisa mendoakan, dan jika memang ada hal yang perlu disampaikan maka sampaikanlah dengan tanpa meninggalkan kesopanan.

Dalam sebuah kisah diceritakan, kisah Nabi Ibrahim, saat itu nabi ibrahim mendatangi suatu kerajaan yang isinya banyak dari berhala-berhala kecil, dan ditemukan juga satu berhala besar. Nabi Ibrahim menghancurkan semua berhala-berhala yang kecil, setelah berhala-berhala kecil sudah hancur semuanya, nabi Ibrahim menaruh wadung yaitu alat yang digunakan untuk menghancurkan berhala ditaruhnya di pundak berhala yang paling besar. Beberapa saat kemudian, sang raja datang dan marah mengapa berhala hancur semuanya. Lalu raja itu memanggil ayah nabi ibrahim yang tidak beragama islam disuruhnya memanggil ibrahim. Lalu ibrahim datang. Setelah itu ibrahim ditannya oleh ayahnya, “apakah kamu yang menghancurkan semua berhala?” lalu ibrahim menjawab, “lihatlah wadung itu terletak dimana, bukankah itu terletak di pundak berhala yang paling besar itu?” lalu ayahnya berkata lagi, “emang berhala besar itu bisa menghancurkan semua berhala-berhala kecil? Bukannya berhala itu tidak bisa bergerak?” lalu nabi ibrahim menjawab, “ya memang berhala itu tidak bisa bergerak, mengapa masih kalian sembah?.”nabi ibrahim saja mengkritik, memberi masukan kepada ayahnya, itu adalah demi kebaikan orang tuanya, sebagai bentuk birrul walidain.